Blogroll

Minggu, 01 April 2018

Cara Menilai Saham Dari Laporan Keuangan

analisa laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan
Saham merupakan salah satu bentuk investasi yang berpotensi memberikan return tinggi sehingga cukup banyak menarik para investor untuk terjun dalam bursa saham. Meski begitu, berinvestasi saham juga memiliki resiko yang juga tinggi karena fluktuasi nilainya yang cukup drastis dan berubah-ubah dengan sangat cepat bahkan dalam hitungan detik (liquiditas saham). Sehingga banyak orang awam yang hanya ikut-ikutan terjun ke dunia saham pada akhirnya mengalami kerugian. Namun di lain sisi resiko berinvestasi saham dapat dikurangi dengan mengetahui fundamental saham sebelum Anda membeli saham. Salah satu indikator tersebut adalah dengan menilai rasio pada laporan keuangan perusahaan di masa lalu. Dengan memahami nilai rasio ini, Anda telah melewati salah satu resiko besar dalam berinvestasi saham. Untuk mendapatkan laporan keuangan perusahaan dapat Anda download dari website perusahaan, atau mendatangi langsung perusahaan tersebut.

Nilai rasio ini tidak hanya bermanfaat bagi investor, namun juga bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui performa perusahaan dalam menentukan target di masa mendatang dan hal-hal apa yang perlu diperbaiki agar perusahaan tetap memperoleh keuntungan. Bagaimana cara mengetahui apakah kinerja perusahaan tersebut menguntungkan atau tidak?

Inilah 16 rasio penting dalam menilai saham dari laporan keuangan yang sering digunakan:

1. Current Ratio (Rasio Lancar) = Aktiva Lancar / Hutang Lancar.

Rasio keuangan ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar. Semakin besar hasil perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek.

2. Quick Ratio (Rasio Lancar Jangka Pendek) = (Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang Lancar. 

Mengukur apakah perusahaan memiliki aset lancar (tanpa harus menjual persediaan) untuk menutup kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi quick ratio perusahaan, semakn baik kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya.

3. Debt to Equity Ratio (Rasio Utang atas Modal) = Total Hutang / Ekuitas.

Rasio keuangan ini sering disebut dengan istilah Rasio Laverage, menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, dengan demikian dapat dilihat struktur resiko tidak tertagihnya hutang. Semakin kecil angka rasio ini semakin baik.

4. Total Debt to Total Asset = Total Hutang / Total Aktiva. 

Menggambarkan aktiva yang dipergunakan oleh perusahaan untuk menutup hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin kecil nilainya semakin baik.

5. Operating Profit Margin = Laba Operasi / Penjualan.

Rasio keuangan ini mengukur seberapa besar sumbangan penjualan terhadap laba operasi. Rasio ini semakin besar semakin baik.

6. Net Profit Margin = Laba Bersih / Ekuitas.

Rasio keuangan ini mengukur seberapa besar sumbangan penjualan terhadap laba bersih perusahaan. Rasio ini semakin besar semakin baik.

7. Return on Equity (ROE) = Laba Bersih / Ekuitas.

Menggambarkan seberapa besar sumbangan keuntungan terhadap pemegang saham. Semakin besar semakin banyak keuntungan yang didapat.

8. Return on Asset (ROA) = Laba Bersih / Total Aset.

Mencerminkan seberapa besar laba yang bisa dicetak perusahaan dengan menggunakan seluruh asetnya. Semakin besar semakin baik.

9. Asset Turnover = Penjualan Bersih / Total Aktiva.

Menunjukan kemampuan manajemen mengelola seluruh investasi (aset) untuk menghasilkan penjualan. Semakin besar nilainya semakin baik.

10. Receivable Turnover = Penjualan Kredit / Piutang Dagang.

Menunjukan berapa kali piutang dagang perusahaan berputar dalam satu tahun. Semakin besar semakin banyak penjualan yang dihasilkan dibanding hutang yang dikelola.

11. Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan / Persediaan.

Menunjukan berapa kali persediaan barang dagangan perusahaan berputar dalam suatu periode tertentu. Semakin besar semakin baik.

12. Account Payable Turnover = Harga Pokok Penjualan / Hutang Dagang.

Menunjukan perputaran utang dagang dalam suatu periode tertentu. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya dapat digambarkan dalam rasio ini. Semakin besar semakin baik.

13. Earning Per Share (EPS) = Laba Bersih / Jumlah Saham.

Rasio keuangan ini menggambarkan jumlah laba yang dihasilkan perusahaan untuk tiap saham yang diterbitkan. Semakin besar nilainya, semakin besar nilai dividen yang dapat dibagikan.

14. Price Earning Ratio (PER) = Harga Saham / Eearning Per Share.

Menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Bagi investor, semakin kecil PER-nya semakin bagus karena berarti saham tersebut relatif murah.

15. Book Value (Nilai Buku Saham) = Total Ekuitas / Jumlah Saham.

Menggambarkan perbandingan total dana yang diterima dari pemegang saham terhadap jumlah saham. Hal ini untuk mentukan nilai saham saat itu.

16. Price to Book Value (PBV) = Harga Saham / Nilai Buku Saham.

Rasio keuangan ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan.


Tidak semua nilai rasio tersebut dapat Anda temukan dalam setiap laporan keuangan yang dikeluarkan masing-masing perusahaan. Nilai-nilai rasio tersebut hanya salah satu alat untuk mengetahui performa perusahaan berdasarkan laporan keuangan. Selain dengan mengetahui rasio tersebut, Anda juga perlu memperhatikan bentuk fundamental lainnya dari perusahaan yang ingin Anda beli. Membeli saham tanpa mengetahui fundamental perusahaan sama dengan membeli kucing dalam karung. Jangan mudah terpancing dengan isu yang ada tanpa Anda memahami sendiri apa yang ingin Anda investasikan karena resiko berinvestasi saham akan Anda tanggung sendiri. Kenali 7 hal ini sebelum Anda memulai investasi.


Saya tidak bisa mengubah arah angin, namun saya bisa menyesuaikan 
pelayaran saya untuk selalu menggapai tujuan saya.” – Jimmy Dean

Share: